ADIL WAJIB NYAMAN JUGA PERLU:
CATATAN DARI PENGADILAN ISTANBUL
Heru Susetyo*
Sebagai advokat dan pengacara yang sering mengunjungi dan bersidang di pelbagai pengadilan di Indonesia dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, mengunjungi pengadilan Istanbul di Turki adalah sesuatu yang amat berharga.
Kesempatan itu datang pada Oktober 2013. Sebagai kuasa hukum enam korban Indonesia di MV Marmara (Freedom Flotilla to Gaza May 2010) saya diundang oleh IHH, lembaga kemanusiaan Turki yang bermarkas di Istanbul, untuk menghadiri court hearing dengan agenda mendengarkan keterangan dan testimoni para korban dan saksi-saksi penyerangan tentara Israel ke kapal relawan kemanusiaan tersebut yang terjadi di Laut Tengah pada subuh hari 31 Mei 2010.
Dengan menumpang van yang disediakan IHH, kami, para pengacara lintas negara, berangkat dari Hotel Berr di Akdeniz Cad, Fatih menuju Pengadilan Istanbul yang berlokasi di Distrik Caglayan, di pagi hari itu . Di benak saya kami akan menjumpai pengadilan dengan arsitektur kuno, aristokrat dan kental nuansa sakral-nya. Mirip dengan pengadilan-pengadilan di Inggris atau Amerika yang ‘sangar’ dan nampak berwibawa.
Namun, setelah tiba di Pengadilan Istanbul, tebakan saya ternyata meleset. Alih-alih menjumpai gedung tua dengan arsitektur ‘sangar’, Pengadilan Istanbul (Turkish : Istanbul Caglayan Adalet Sarayi) atau lazim disebut Istana Keadilan Istanbul (Istanbul Palace of Justice) adalah sangat modern. Dengan arsitektur kontemporer, tinggi menjulang dengan bangunan-bangunan besar berhimpun berbentuk setengah lingkaran (atau mirip tapal kuda) yang terbagi dalam empat blok (blok A, B, C dan D).
Pengadilan keren yang diresmikan pada Juli 2011 ternyata adalah juga pengadilan terbesar yang pernah ada di benua Eropa (lokasinya di Istanbul-Eropa) menurut wikipedia. Luasnya sekitar 300.000m2, berlantai 19, dan di dalamnya terdapat 326 ruang sidang, 267 kantor jaksa penuntut umum, 442 ruangan hakim, lalu ada pulang ruangan conference yang dapat menampung 354 orang dan ruang seminar dengan kapasitas 50 orang. Tak cukup itu, istana keadilan ini juga memiliki ruangan-ruangan untuk pengacara, restoran, cafeteria, perpustakaan, tempat penitipan anak (day-care center), kantor pos, bank dan juga klinik kesehatan. Hebatnya, tak semua ruangan menjulang ke atas, paling tidak ada tiga lantai yang terletak di bawah tanah (underground). Sesuatu yang tidak ada atau jarang ditemukan di pengadilan-pengadilan di Indonesia kecuali Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Wajarlah, untuk mengawasi dan mengelola istana sebesar ini total sekitar 5000 orang dipekerjakan, diluar 275 petugas keamanan dan 30 orang polisi.
Kesan seram terhadap pengadilan memang tak kentara disini. Karena dari luar gedung indah ini tak nampak sama sekali sebagai pengadilan. Namun, begitu memasuki gedung barulah nampak wibawanya. Untuk masuk ke gedung ini semua orang harus melalui metal detector dan juga scanning barang bawaan. Dengan ruang sidang dan lantai teramat banyak, Istana Keadilan ini memang lebih mirip mall ataupun gedung perkantoran modern. Yang membedakannya hanyalah security yang ada dimana-mana dan himbauan untuk menjaga ketertiban.
Disamping kesan keamanan yang tinggi, kesan ramah dari suatu ruang publik juga tersaji disana. Masih di lantai 1 (ground floor) yang sekaligus lobby digelar pameran lukisan (atau tepatnya pedagang yang menjual lukisan), dimana lukisan-lukisan tersebut digeletakkan berdekatan dengan dua patung Dewi Keadilan yang berdiri kokoh menggenggam pedang dan timbangan. Kalau anda pernah ke pengadilan di Indonesia, niscaya pemandangan seperti itu tidak akan ada !
Namun yang paling menarik adalah Istana Keadilan ini seperti all in one atau one stop shopping untuk semua perkara. Semua jenis pengadilan dan aparatnya nyaris diakomodasi semua di dalam empat blok gedung-gedung besar ini. Tak seperti pengadilan di Indonesia yang terpisah-pisah dalam beberapa lokasi, di dalam Istana Keadilan ini ada pengadilan pidana (Agir Ceza Mahkemesi), pengadilan konsumen (Tuketici Mahkemesi), pengadilan pidana tingkat pertama (Asliye ceza mahkamesi), magistrate court (sulh hukuk mahkemesi), pengadilan hak atas kepemilikan intelektual (HAKI) atau fikri sinal haklar hukuk mahkemesi, pengadilan keluarga/ family court atau aile mahkemesi, magistrate court (sulh hukuk mahkemesi), pengadilan hubungan industrial (is mahkemesi), juga ada pengadilan eksekusi (icra mahkemesi) dan lain sebagainya. Ruang untuk jaksa penuntut umum (Cumhuriyet savcilari) dan para hakim (yargiz/ hakeem) serta para pengacara (avukat) juga tersedia.
Saya berkesempatan mengikuti persidangan yang tenang di salah satu ruangan di lantai 3. Saking banyaknya ruang sidang, saya bingung di bagian mana ruangan saya. Apalagi untuk masuk ke lantai ruang persidangan harus pula melalui detector dan security yang ketat. Sayapun sempat menjajal restoran-nya yang modern dan bergaya bak restoran di hotel-hotel dengan para pelayan yang juga berdandan rapi dan modis. Harga makanan memang tak dapat dikatakan murah, namun kalau rasa-nya bolehlah bersaing.
Yang paling menarik adalah tempat shalat-nya. Terletak di lantai bawah tanah, musholla ini cukup luas dan nyaman serta sejuk. Disini semua seragam dilepaskan, siapa hakim, jaksa, polisi, pengacara atau warga biasa tak terlalu kentara. Karena mereka berdiri dalam shaf yang sama dan beribadah dengan cara yang sama.
Pemandangan di luar gedung tak kalah menarik. Tempat parkir yang tersedia begitu luas. Juga tersedia ruang kosong yang cukup luas di sekitar pengadilan. Ruangan mana kerap digunakan untuk aksi massa/ demontrasi. Pada saat saya disana, ratusan massa yang dikoordinasi IHH berkumpul di luar gedung pengadilan untuk mendukung penyidikan dan pengadilan yang maksimal bagi tersangka empat jenderal Israel dalam kasus Mavi Marmara.
Sepulang dari kunjungan setengah hari di Istana Keadilan tersebut saya semakin tercerahkan. Pengadilan dimana-mana memang harus memberikan keadilan, juga menjamin rasa aman. Namun Pengadilan Istanbul memberikan lebih dari itu. Yaitu kenyamanan dan kemudahan. Semoga suatu waktu pengadilan-pengadilan di Indonesia bisa seperti itu. Berlokasi satu tempat saja, all for one, mudah diakses dan memberikan kenyamanan, tanpa melupakan keadilan dan keamanan.
—————–
*Staf pengajar tetap Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Advokat/ Pengacara Publik pada PAHAM Indonesia/ heru.susetyo@live.com