MENJADI BOLANG DENGAN AIR ASIA
Heru Susetyo*
Tanpa sengaja, terjadi dengan sendirinya, bisa dibilang saya adalah “Si Bolang’ (Bocah Petualang) Air Asia. Hampir setiap dua bulan sekali saya terbang dengan Air Asia, ke banyak tujuan berbeda di Asia. Walau seringnya adalah berpergian ke Bangkok, tempat saya studi doktoral sejak tahun 2007 akhir. Saking seringnya menjajal Air Asia, saya jadi hafal juga terminal transit-nya di LCCT KLIA (sebelum pindah ke KLIA2). Saya hafal sekali dimana letak restoran enak yang menyediakan nasi lemak atau laksa sarawak, letak kedai buku, surau, lokasi Tune Hotel, jalur parkir bus ke KL dan sebagainya.
Ketika Air Asia kemudian memiliki direct flight Jakarta-Bangkok (Alhamdulillah), petualangan saya dengan Air Asia dari hub di LCCT tak lantas tamat. Apalagi kemudian saya memiliki credit card HSBC Air Asia dan belakangan jadi member dari BIG. Maka, di sela-sela perkuliahan di Bangkok sejak akhir 2007 saya bepergian ke banyak destinasi Air Asia.
Paspor saya mencatat, saya bolak balik ke Vietnam (Hanoi dan Ho Chi Minh City) dengan Air Asia. Ke Cambodia (Siem Reap, Phnom Penh), Myanmar (Yangoon), India (Kolkata), Sri Lanka (Colombo), ke kota-kota besar di Malaysia (Penang, Johor, Kota Bharu, Kuching, Kota Kinabalu), Singapore, juga beberapa kota di Indonesia (Medan, Makassar, Surabaya, Bali) dengan Air Asia. Jangan kata lagi Thailand, Air Asia membawa saya merambah negeri gajah putih ini mulai dari ujung selatan di Hat Yai, Krabi, dan Phuket, hingga Chiang Mai dan Udon Thani di ujung utara. Alhamdulillah saya sempat juga menjajal rute terjauh saya dengan Air Asia, yaitu Kuala Lumpur – Haneda (Tokyo) di tahun 2013 dan Bali – Perth (Australia) di tahun 2014.
Tak betah terbang sendirian, saya menularkan kegilaan saya travelling dengan Air Asia kepada istri dan keempat anak saya. Bersama istri, saya travelling dari Jakarta ke Ho Chi Minh City, lanjut ke Bangkok, Phuket dan akhirnya Jakarta, pada tahun 2010. Lalu, bersama istri dan keempat anak saya pada tahun 2011, kami terbang dari Jakarta ke Penang, lalu Penang ke KL, KL ke Phuket, Phuket ke Bangkok, Bangkok ke Ho Chi Minh City, dan akhirnya pulang ke Jakarta. Tak kurang kami berenam, enam kali terbang dengan Air Asia dalam kurun waktu tujuh hari saja. Sehingga anak saya nomor tiga, Faris, berkomentar, “Naik Air Asia lagi, yah?’ saking seringnya.
Sekeluarga juga pada tahun 2013 kami bepergian ke Bali, kemudian dari Bali ke Surabaya dan akhirnya ke Jakarta. Lalu beberapa saat setelah Idul Fitri 2013 usai, kami sekeluarga menjajal Air Asia ke Siem Reap (Cambodia) via KL untuk melongok keindahan Angkor Wat. Lalu kami meneruskan perjalanan dengan bus ke Phnom Penh, ibukota Cambodia, untuk menikmati panorama Royal Palace Cambodia dan Sungai Mekong. Dari Phnom Penh kami kembali ke Jakarta via KL dengan Air Asia. Kemudian, tak cukup menikmati pesawatnya, kami juga pernah menikmati Tune Hotel di KL, Kuching, dan Kota Kinabalu.
Motto Air Asia ‘Everyone Can Fly’ terasa betul bagi saya dan keluarga. Itulah sebabnya sampai kini saya terus memantau informasi terkini dari Air Asia. Promo-promo teranyar dari Air Asia tak pernah saya lewatkan. Saya bagi tahu juga informasi tersebut ke teman-teman saya sehingga orang curiga saya jadi ‘marketer’ atau bekerja untuk Air Asia. Ha ha ha.
Lalu, lama kelamaan saya juga belajar sendiri kiat terbang dengan Air Asia. Kalau saya rasa tiket direct flight Air Asia sedang tak akrab dengan kantong saya, maka saya tempuh penerbangan transit. Misalnya, untuk menuju Jakarta dari Bangkok saya bisa gunakan enam jalur. Pertama, direct flight Bangkok-Jakarta. Kedua, transit via KL baru ke Jakarta. Ketiga, transit via Singapore, baru ke Jakarta. Keempat, transit via Penang. Kelima, via Phuket-Thailand dan akhirnya via Medan, baru ke Jakarta.
Maka, Air Asia akhirnya bukan saja membuat setiap orang mudah terbang, tapi juga membuat orang lebih memiliki kebebasan dan kemandirian dalam mengatur dan mengelola sendiri jadwal terbangnya. Terimakasih Air Asia !
*Traveller dan Writer, sehari-hari bekerja sebagai Dosen di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Advokat
Leave a Reply